TRADISI DAN KEARIFAN
LOKAL PULAU SUMATERA
Dosen Pengampu :
Mukhamad Moerdiono
Di susun oleh:
Wasis
Suprapto ( 09416241037 )
Ulfa
Mufidatun R. ( 09416241012 )
Alif
Wulandari ( 09416241041 )
Afifah
lutfani (09416241032 )
Rizkytasari Dini H (
09416241033 )
Rian
Saputro ( 09416241044 )
Dwi
Prasetyo ( 09416241043 )
PENDIDIKAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL DAN EKONOMI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
DAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI
YOGYAKARTA
2010
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin,
puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan saat semua terasa sulit dan tidak mungkin terjadi, serta mengirimkan
orang-orang sebagai tanda kasih dan sayang-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Tradisi dan Kearifan
Lokal Pulau Sumatera” untuk
memenuhi tugas matakuliah Tradisi dan Kearifan Lokal. Semoga segala masalah dan kendala dalam
mengerjakan makalah ini menjadi pengalaman yang berharga bagi penulis dalam
menempuh pendidikan dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang.
Penulis menyadari
bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha
Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Tak ada gading yang
tak retak. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan dimasa datang. Akhirnya tim penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 31 Maret
2010
Penulis
DAFTAR ISI
A. Tradisi dan Kearifan local
Aceh
a.
Pendahuluan
b.
Seni dan budaya
c.
Sastra
d.
Senjata tradisional
e.
Rumah tradisional
f.
Tarian
g.
Makanan
B. Tradisi dan Kearifan local Sumatera
Barat
a Suku bangsa
b. Bahasa
c. Tarian
d. music
e. Rumah
adat
f. Senjata
Tradisional
g. Makanan
h. Literatur
C. Tradisi dan kearifan local Bangka
Belitung
a. Penduduk
b. Adat
Istiadat
c. Kearifan
Lokal
D. Tradisi dan Kearifan
Bengkulu
1.
Tradisi tabot
2. Tradisi gaun pengantin
E. Tradisi dan Kearifan local
Kepulauan Riau
F. Tradisi dan Kearifan Sumatera
Selatan
a.
Pendahuluan
b. Bahasa
c. Bahasa
d. Penduduk
e. Seni dan Budaya
f. Makanan Khas
G. Tradisi dan Kearifan local
jambi
H. Tradisi dan Kearifan local Riau
a. Suku Bangsa di Riau
b. Bahasa
c. Agama
d. Seni dan Budaya
I. Tradisi dan Kearifan Lokal
Lampung
1. Bahasa
2. Seni dan budaya
·
Sastra
·
Teater
·
Musik
·
Tari
J. Tradisi dan Kearifan Lokal
Sumatera utara
a. Suku Bangsa
b. Pola kehidupan
·
Pekerjaan
·
Pola pemukiman
A.
TRADISI DAN KEARIFAN LOKAL ACEH
a.
Pendahuluan
Aceh yang disebut dengan nama Daerah Istimewa Aceh (1959-2001) dan Nanggroe Aceh Darussalam (2001-2009) adalah merupakan sebuah provinsi
paling barat di Indonesia. Aceh memiliki otonomi yang diatur
tersendiri, berbeda dengan kebanyakan provinsi lain di Indonesia, karena alasan
sejarah. Daerah ini berbatasan dengan Teluk
Benggala di sebelah
utara, Samudra
Hindia di sebelah barat, Selat
Malaka di sebelah timur,
dan Sumatera
Utara di sebelah tenggara
dan selatan.
Ibu kota Aceh
ialah Banda
Aceh. Pelabuhannya adalah
Malahayati-Krueng Raya, Ulee Lheue, Sabang, Lhokseumawe dan Langsa. Aceh merupakan kawasan yang paling buruk
dilanda gempa dan tsunami 26 Desember 2004. Beberapa tempat di pesisir pantai musnah sama
sekali. Yang terberat adalah Banda
Aceh, Aceh
Besar, Aceh
Jaya, Aceh
Barat, Singkil dan Simeulue.
Aceh
mempunyai kekayaan sumber alam seperti minyak
bumi dan gas
alam. Sumber alam itu
terletak di Aceh
Utara dan Aceh
Timur. Aceh juga terkenal
dengan sumber hutannya, yang terletak di sepanjang jajaran Bukit
Barisan, dari Kutacane, Aceh
Tenggara, sampai Seulawah, Aceh
Besar. Sebuah taman
nasional, yaitu Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) juga terdapat di Aceh
Tenggara.
b. Seni dan Budaya
Aceh
merupakan kawasan yang sangat kaya dengan seni budaya galibnya dibandingkan
dengan wilayah Indonesia lainnya.
Aceh mempunyai aneka seni budaya yang khas seperti tari-tarian, dan budaya
lainnya seperti:
·
Masjid
khas Aceh di tahun 1880-an
·
Tari
Seudati di Sama Langa tahun 1907
·
Tari
Saman dari Gayo Lues
c. Sastra
Beberapa karya sastra yang berasal dari Aceh adalah sebagai berikut:
·
Bustanussalatin
·
Hikayat
Prang Sabi
·
Hikayat
Malem Diwa
·
Legenda
Amat Rhah manyang
·
Legenda
Putroe Neng
·
Legenda
Magasang dan Magaseueng
d. Senjata Tradisional
Rencong adalah senjata tradisional Aceh, bentuknya menyerupai huruf L, dan bila dilihat lebih dekat bentuknya merupakan kaligrafi tulisan bismillah. Rencong termasuk dalam kategori dagger
atau belati (bukan pisau ataupun pedang). Selain rencong, bangsa Aceh juga memiliki beberapa
senjata khas lainnya, seperti siwah, geuliwang dan peudeueng.
e. Rumah Tradisional
Rumah tradisonal suku Aceh dinamakan Rumoh Aceh. Rumah adat ini
bertipe rumah
panggung dengan 3 bagian
utama dan 1 bagian tambahan. Tiga bagian utama dari rumah Aceh yaitu seuramoë
keuë (serambi depan), seuramoë teungoh (serambi tengah) dan seuramoë
likôt (serambi belakang). Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu rumoh
dapu (rumah dapur).
f. Tarian
Provinsi Aceh memiliki setidaknya 10 suku bangsa, memiliki kekayaan tari-tarian
yang sangat banyak dan juga sangat mengagumkan. Beberapa tarian yang terkenal
di tingkat nasional dan bahkan dunia merupakan tarian yang berasal dari Aceh,
seperti Tari Rateb Meuseukat dan Tari Saman.
Tarian Suku Aceh
|
Tarian Suku Gayo
Tarian Suku Lainnya
|
g. Makanan Khas
Aceh mempunyai aneka jenis makanan yang khas. Antara lain
timphan, gulai itik, kari kambing yang lezat, Gulai Pliek
U dan meuseukat yang langka. Di samping itu emping melinjo asal
kabupaten Pidie yang terkenal
gurih, dodol Sabang yang dibuat
dengan aneka rasa, ketan durian (boh drien ngon bu leukat), serta bolu
manis asal Peukan Bada.
B.
TRADISI
DAN KEARIFAN LOKAL SUMATERA BARAT
Sumatera Barat adalah provinsi terluas kesebelas di Indonesia, dengan ibukota Padang,
terletak pada 0°57′ LS 100°21′ BT.
a. Suku
Bangsa
Mayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan suku Minangkabau. Di daerah
Pasaman selain suku Minang berdiam pula suku Batak Mandailing.
Suku Mentawai terdapat di Kepulauan Mentawai. Di beberapa kota di Sumatera
Barat terutama kota Padang terdapat
etnis Tionghoa, Keling (India) dan
Suku Nias dan di
beberapa daerah Transmigrasi (Sitiung, Lunang, Pasaman dan
lainnya) terdapat pula Suku Jawa.
b.
Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam keseharian ialah bahasa
daerah yaitu Bahasa Minangkabau
yang memiliki beberapa dialek, seperti
dialek Bukittinggi, dialek Pariaman, dialek Pesisir Selatan dan dialek Payakumbuh. Di daerah
Pasaman yang berbatasan dengan Sumatera Utara, dituturkan juga Bahasa Batak dialek
Mandailing, yang biasanya digunakan suku Batak Mandailing.
Sementara itu di daerah Mentawai yang berupa
kepulauan dan terletak beberapa puluh kilometer lepas pantai Sumatera Barat,
bahasa yang digunakan adalah Bahasa Mentawai.
c. Musik
Nuansa Minangkabau yang ada di dalam setiap musik
Sumatera Barat yang dicampur dengan jenis musik apapun saat ini pasti akan
terlihat dari setiap karya lagu yang beredar di masyarat. Hal ini karena musik
Minang bisa diracik dengan aliran musik jenis apapun sehingga enak didengar dan
bisa diterima oleh masyarakat. Unsur musik pemberi nuansa terdiri dari
instrumen alat musik tradisional saluang, bansi, talempong, rabab, dan gandang tabuik.
Musik Minangkabau berupa instrumentalia dan lagu-lagu
dari daerah ini pada umumnya bersifat melankolis. Hal ini berkaitan erat dengan
struktur masyarakatnya yang memiliki rasa persaudaraan, hubungan kekeluargaan
dan kecintaan akan kampung halaman yang tinggi ditunjang dengan kebiasaan pergi
merantau. Industri musik
di Sumatera Barat semakin berkembang dengan munculnya seniman-seniman Minang
yang bisa membaurkan musik modern ke dalam musik tradisional Minangkabau.
Perkembangan musik Minang modern di Sumatera Barat sudah dimulai sejak tahun
1950-an ditandai dengan lahirnya Orkes Gumarang.
d. Tarian
Tari tradisi bersifat klasik yang berasal dari Sumatera
Barat yang ditarikan oleh kaum pria dan wanita umumnya memiliki gerakan aktif
dinamis namun tetap berada dalam alur dan tatanan yang khas. Kekhasan ini
terletak pada prinsip tari Minangkabau yang belajar kepada alam, oleh karena
itu dinamisme gerakan tari-tari tradisi Minang selalu merupakan perlambang dari
unsur alam. Pengaruh agama Islam, keunikan adat
matrilineal dan kebiasan merantau masyarakatnya
juga memberi pengaruh besar dalam jiwa sebuah tari tradisi Minangkabau.
Macam-macam
tari tradisional dari Sumatera Barat meliputi:
Seni tari tradisional Pencak
Silat dari Minangkabau merupakan penggabungan dari gerakan
tari dan seni beladiri khas Minang. Pencak Silat di Minangkabau memiliki
beberapa aliran, diantara nya aliran Harimau Kumango.Tarian ini
biasanya sudah diajarkan kepada kaum pria di Minangkabau semenjak kecil hingga
menginjak usia akil baligh (periode usia 6 hingga 12 tahun) untuk dijadikan
bekal merantau. Saat ini seni
tari pencak silat sudah mendunia dengan terbentuknya federasi pencak silat
sedunia IPSF (International Pencak Silat
Federation).
e. Rumah
Adat
Rumah adat
Sumatera Barat disebut Rumah
Gadang. Rumah adat asli setiap tiangnya tidaklah tegak lurus
atau horizontal tapi mempunyai kemiringan. Ini disebabkan oleh orang dahulu
yang datang dari laut hanya tahu bagai mana membuat kapal. Rancangan kapal
inilah yang ditiru dalam membuat rumah. Rumah adat jugat tidak memakai paku
tapi memakai pasak kayu. Ini disebabkan daerah Sumatera Barat rawan terhadap gempa, baik vulkanik
maupun tektonik. Jika dipasak dengan kayu setiap ada gempa akan semakin kuat
mengikatnya.
f. Senjata
Tradisional
Senjata
tradisional Sumatera Barat adalah Keris. Keris
biasanya dipakai oleh kaum laki-laki dan diletakkan di sebelah depan, saat
sekarang hanya dipakai bagi mempelai pria. Berbagai jenis tombak, pedang panjang, sumpit juga dipakai
oleh raja-raja Minangkabau dalam menjaga diri mereka.
g. Makanan
Dalam dunia
kuliner, Sumatera Barat terkenal dengan masakan
Padang dan restoran padang. Masakan
Padang yang terkenal dengan citarasa yang pedas dapat ditemukan hampir di
seluruh penjuru Nusantara, dan dapat ditemukan juga di luar negeri. Beberapa contoh
makanan dari Sumatera Barat yang sangat populer adalah Rendang, Sate
Padang, Dendeng
Balado,Itiak Lado Mudo, Soto
Padang, dan Bubur Kampiun. Selain itu, Sumatera Barat juga memiliki ratusan resep,
seperti Galamai, Kipang Kacang, Bareh Randang, Dakak-dakak, Rakik Maco,
pinyaram, kipang kacang, Karupuak
Balado dan Karupuak
Sanjai.
Makanan ciri
khas masing-masing kota dan kabupaten di Sumatera
Barat untuk dijadikan buah tangan (oleh-oleh) adalah: Kota
Padang terkenal dengan bengkuang dan karupuak balado, Kota
Padang Panjang terkenal dengan pergedel jaung dan satenya, Kota
Bukittinggi dengan karupuak
sanjai, Kota
Payakumbuh dengan galamai dan bareh rendang, Kabupaten
Agam terkenal dengan palai rinuak dan pensi, serta karupuak
kamang yakni kerupuk yang terbuat dari ubi kayu/singkong, Kabupaten Pesisir Selatan dengan rakik
maco, Kabupaten
Tanah Datar dengan lamang Limo Kaum dan dakak-dakak simabua-nya.
h. Literatur
Literatur
sejarah mengenai Sumatera Barat
dan kebudayaan Minangkabau secara umum
dapat dijumpai antara lain di Pusat Dokumentasi Informasi Kebudayaan
Minangkabau (PDIKM), yang terletak di tengah-tengah objek wisata Perkampungan Minangkabau (Minangkabau
Village), kota
Padang Panjang, Sumatera Barat.
Di PDIKM banyak tersimpan informasi sejarah
masyarakat Minangkabau khususnya semenjak abad 18 (periode penjajahan Belanda)
hingga era 1980'an berupa dokumentasi foto mikrograf surat kabar, pakaian
tradisional, kaset rekaman lagu daerah, dokumentasi surat-surat kepemerintahan dan
alur sejarah masyarakat Minangkabau secara terperinci. Literatur
mengenai Sumatera Barat dan Minangkabau juga akan banyak didapatkan di
Perpustakaan KITLV (Koninklijk
Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde) dan di Perpustakaan Universitas
Leiden, dua-duanya di Leiden, Belanda.
C. TRADISI DAN KEARIFAN LOKAL BANGKA BELITUNG
1. Penduduk
Kebudayaan yang
tumbuh di Bangka Belitung erat kaitannya dengan dominasi Islam yang diterima
dalam masyarakatnya sebagai aturan hukum wajib agama namun tradisi kepercayaan
yang melebur pada sistem kepercayaan masyarakatnya masih cukup kental yang
berlaku pada penduduk-penduduk perkampungan, suku-suku, serta etnik yang masuk
setelah masa kolonial Belanda yaitu Etnik China.
2. Adat dan tradisi
·
Adat (
Hukum Adat )
Hukum yang adat yang
berlaku sesudahnya adalah hukum yang masih di jalankan oleh pemangku yang ada
di bawahnya. Hukum adat yang ada di bawah raja yaitu yang ada pada masyarakat
adatnya; misalnya sesepuh turunan raja, kepala kampung, kepala suku. Sedangkan
adat-istiadat lokal masyarakatnya ada di bawah para penghulu dan dukun kampung
serta sedangkan wewenang tentang perihal tradisi kepercayaan ada pada
dukun-dukun, seperti; dukun obat, dukun angin, dukun hujan, dukun hutan, dukun
api, dukun madu, dukun buaya, serta dukun di berbagai spesifikasi lainnya.
Raja, kepala suku yang
menggelar hukum adat di masa kekuasaannya akan membentuk karakter masyarakatnya
yang di kemudian disebut adat masyarakat. Karakter itu akan tercermin dalam
sikap masyarakat wilayah tersebut. Misalnya salah satu contoh ketika
Cakraninggrat III KA Gending (1696-1700) Raja Balok di Belitung, memberlakukan
hukum adat tetukun; yaitu apabila orang asing akan menikahi gadis
wilayah itu, harus membayar sejumlah uang kepada ngabehi, serta tak boleh
membawa pulang perempuan yang dinikahi tersebut, si lelaki mesti tinggal di
wilayah kekuasaan hukum raja.
Dampak tersebut setelah
raja dan ngabehi tidak lagi memberlakukan hukum tersebut maka kini terserap
dalam tradisi "berebut lawang" di mana penganten laki-laki mesti
membayar pada penjaga pintu atau lawang di rumah mempelai perempuan.
Berbagai upaya masyarakat
untuk membuat hukum tetukun tersebut menjadi mantap di masanya; secara
sikap sosial tentu saja masyarakat setempat mesti terbuka dan memiliki
toleransi yang tinggi, hingga setiap orang asing yang menikahi gadis Belitung
di masa itu akan betah karena sikap masyarakat yang positif itu. Bagaimana jika
ada usaha untuk hanya sekedar menikahi misalnya, tentu saja peran mistik dari
dukun menjadi berperan hingga muncul asumsi jika sudah terminum air setempat
maka orang tersebut akan betah! Dan kesan yang muncul kemudian adalah asumsi;
Jika orang asing sudah menikahi gadis Belitung maka ia takkan bisa pulang lagi
ke negeri asalnya.
۩
Kelemahan
hukum adat
Kelemahan hukum adat Bangka
Belitung pada dasarnya tidak pernah diundangkan secara tertulis baik oleh raja,
depati, batin, atau pun kepala suku karena masyarakatnya begitu patuh dengan
pemimpin mereka. Norma yang tak tertulis itu menjadi titik lemah dalam
perkembangan tradisisinya karena kebudayaan selalu bergeser dinamis sehingga
pendatang atau yang bukan penduduk asli menjadi ogah untuk menaati hukum adat
setempat.
۩
Keunggulan
hukum adat
Keunggulan
dari norma atau hukum adat yang tak tertulis itu adalah loyalitas dan
kebersamaan tetap terjaga pada lingkungan masyarakat adatnya. Ia dengan
sendirinya membentuk karakter masyarakatnya menjadi masyarakat yang homogen.
Otonomi raja yang pernah mempersatukan masyarakatnya dalam satu simbol
kekuasaan akan mencerminkan watak atau karakter tersebut, misalnya pada
masyarakat pulau Belitung, mereka homogen dalam bahasa, agama, dan adat
istiadat. Suku-suku lain dari komunitas yang lebih kecil pun kebanyakan sudah
melebur dalam sistem tersebut. Misalnya Suku Sekak sudah banyak yang masuk
Islam, serta menguasai bahasa setempat, meski tradisi kepercayaan mereka tak mungkin
mereka hilangkan.
3.
Kearifan local
Adat atau norma yang
dieksekusi oleh Kepala Kampung dan para kepala suku, itu menyangkut tentang
semua aturan setempat yang kini lebih dikenal dengan sebutan kearifan lokal
adalah aturan yang sudah berlaku secara turun-temurun. Aturan tersebut kemudian
dipertegas secara kepercayaan oleh para dukun dan secara agama oleh penghulu
atau lebai kampung. Kearifan lokal yang berkaitan dengan alam sebagai sumber
kehidupan yang kemudian mentradisi secara ritual berkaitan dengan kepercayaan
diakumulasikan dalam acara ritual misalnya seperti; Buang Jong pada suku Sekak,
Nuju Jeramik pada suku Urang Lom, Maras Taon di tradisi Urang Belitong.
Kearifan lokal sehari-hari
yang dipatuhi masyarakat, implementasinya begitu sederhana dan mudah untuk
diterapkan misalnya berkaitan dengan hutan; jangan menebang kayu dimasa pohon
sedang berpucuk; jangan menebang pohon di hutan hulu sungai atau hutan mata
air; jangan membuka dan membakar hutan tanpa ada petunjuk dari dukun kampong
dan dukun api, dan lainnya. Di bidang perburuan hewan misalnya; jangan berburu
di musim bulan terang, jangan membunuh hewan yang lagi bunting, dan lainnya.
Bagaimana hubungan antar manusianya?
Adat tradisi yang berkaitan ritualitas pernikahan, di Bangka Belitung memiliki
eksotika tersendiri misalnya tradisi prosesi melamar, prosesi seremonial
pernikahan, prosesi pesta pernikahan, Belitung terkenal dengan istilah Begawai
yang prosesinya melibatkan perangkat penghulu hingga personil perangkat
kerjanya yang dilaksanakan secara sistematis dan unik hingga kini. Di Bangka di
kenal juga adanya tradisi Kawin Massal dengan prosesi kebersamaan adat sepintu
sedulangnya.
D.
TRADISI DAN
KEARIFAN LOKAL BENGKULU
1.
Tradisi tabot
Salah satu di antaranya adalah tradisi tabot
yang rutin diselenggarakan masyarakat Bengkulu setiap bulan Muharam tahun
Hijriyah. Ketika menginjakkan kaki di Bandara Fatmawati Soekarno yang berjarak
10 kilometer dari pusat kota Bengkulu, tampak dua bangunan layaknya gerbang
masuk kota. Bangunan gerbang itu merefleksikan tradisi tabot. Tradisi yang
dikaitkan dengan sejarah Islam itu menjadi agenda wisata yang ditawarkan
provinsi yang dikenal sebagai Bumi Raflesia tersebut.
Biasanya tradisi perayaan tabot dilaksanakan
sepuluh hari. Tradisi itu sudah dilakukan pada abad ke-14. Masyarakat Bengkulu
percaya bahwa jika perayaan tabot tidak dilaksanakan, akan terjadi
bencana. Setiap tahun perayaan tabot terus berkembang dan diisi
acara-acara kolosal. Misalnya, festival tari tabot, telong-telong, ikan-ikan,
dan lomba dol. Berbagai acara kolosal itu yang menjadi daya tarik
masyarakat. Sejak 1990, pemerintah mengangkat tradisi tabot sebagai salah satu
festival wisata di Bengkulu.
Awalnya ada tujuh tabot yang disakralkan.
Yaitu, tabot berkas, tabot imam, tabot bangsal, tabot panglima, tabot
sumakerindu, dan tabot padang jati. Sayang, tabot sumakerindu dan tabot padang
jati sudah hilang karena tak ada lagi keturunan yang meneruskan
pembuatannya. Tabot dikatakan sakral karena memiliki penja (pending
jari-jari) terbuat dari tembaga. Bentuknya menyerupai tangan manusia dan
biasanya disimpan di atas rumah sekurang-kurangnya setahun. Setiap tahun penja
itu dicuci dengan ritual khusus.
2.
Tradisi Gaun Pengantin
Saat memilih pakaian pengantin, selain mengacu pada konsep
pernikahan, sebaiknya juga membuat Anda nyaman dan merasa istimewa saat
mengenakannya. Tak terkecuali untuk pakaian pengantin tradisional, seperti dari
daerah Sumatera, yang dikenal ribet. Namun Anda tak perlu khawatir, karena
perancang busana yang mengkhususkan diri pada pakaian pengantin tradisional
sudah semakin banyak.
Gaun pengantin menjadi pemandangan yang menarik perhatian
Kompas Female pada Sabtu sore (30/1/2010) itu. Menurut pengakuan Mulyadi
(perancang busana pengantin) kepada Kompas Female usai pagelaran busana, ia
mempadupadankan gaya Victorian khas Eropa dengan kain tradisi khas suku Rejang
Lebong, daerah asal pria yang memulai karier di industri fashion sejak 2006
ini. Kain suku Rejang Lebong ini bernama kain Besurek atau dalam bahasa
Indonesia kain bertulisan. Desain motif kain ini adalah coretan menyerupai
kaligrafi Arab dan gambar bunga raflesia. Dalam tradisi kuno suku Rejang
Lebong, kain ini digunakan untuk pakaian adat, tutup kepala, dan kain penutup
keranda jenazah. Keprihatinan Mulyadi akan minimnya kecintaan nilai tradisi,
terutama kain khas Bengkulu, menciptakan peluang segar bagi dirinya untuk
mempopulerkan kain Besurek melalui gaun pengantin
E. TRADISI DAN KEARIFAN LOKAL KEPULAUAN
RIAU.
Tradisi Arsitektur Melayu dari
Masyarakat Kepulauan Riau
Kepulauan Riau adalah sebuah
propinsi di Indonesia yang terbentang dari daratan di sebelah Timur Sumatra
Barat sampai pada pulau-pulau kecil di Selat malaka dan Laut Natuna. Kebesaran
Kerajaan Malaka pada masa lampau masih berbekas kuat pada masyarakat Kepulauan
Riau dengan kebanggannya sebagai bangsa Melayu. Kebanggaan tersebut tampak
dalam pola kehidupan, adat dan budaya yang bernafaskan melayu, termasuk juga
arsitekturnya.
Dalam
bidang arsitektur, masyarakat melayu memilliki kebanggan dengan adanya bentuk
yang di latar belakangi oleh tampilan ‘rumah belah bubung’. Tampilan rumah ini
mencirikan bentuk atap di mana pada lisplank yang mencapai bubungan menjadi
terbelah dan membentuk hiasan huruf ‘V’. lisplank utama ini memiliki sudut
kemiringan atap yang curam, kemudian dibawahnya beratap dengan sudut kemiringan
landai. Ciri lain dari rumah berbudaya melayu adalah konstruksinya yang berupa
rumah panggung danbahan kayu.
Sulitnya transportasi untuk mencapai
pulau-pulau kecil di wilayah Kepulauan Riau membuat beberapa orang membangun
rumahnya menggunakan bahan yang berasal dari pulau tersebut. karena masih ada
hutan, maka penggunaan bahan kayu banyak dipilih sebagai material bangunan
rumah. Demikian pula dengan atap bangunan yang akan menyulitkan pemilik rumah
jika harus menyediakan bahan berupa genteng, maka pemilihan bahan atap
menggunakan rangkaian daun kelapa. Atap dengan rangkaian daun kelapa ini akan
tahan dipakai untuk banguunan permanen selama lima tahun. Selebihnya pemilik
rumah akan merehabilitasi rumah dengan atap rangkaian daun kelapa yang baru.
Bentuk yang khas dari ‘rumah belah
bubung’ tidak hanya digunakan untuk rumah tinggal saja, namun juga untuk
bangunan umum seperti gedung pertemuan, pelabuhan laut dan sebagainya. Bahkan
beberapa gapura masuk permukiman juga ada yang menggunakan bentuk tersebut.
Karena masyarakat kepulauan riau tinggal di pulau-pulau kecil, maka
matapencaharian terbesarnya adalah nelayan. Dengan demikian sebagian besar
rumah penduduk juga berdiri dekat dengan pantai, bahkan banyak pula yang
berdirinya tepat di atas laut.
F. TRADISI DAN KEARIFAN LOKAL SUMATERA
SELATAN
a. Pendahuluan
Kota Palembang adalah salah satu kota besar di Indonesia yang juga
merupakan ibu kota provinsi Sumatera Selatan. Palembang merupakan kota terbesar kedua di Sumatera setelah Medan. Kota ini dahulu pernah menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya, sebelum kemudian berpindah ke Jambi. Bukit Siguntang, di bagian barat
Kota Palembang, hingga sekarang masih dikeramatkan banyak orang dan dianggap
sebagai bekas pusat kesucian di masa lalu.
Palembang merupakan kota tertua di
Indonesia, hal ini didasarkan dari prasasti Kedukan Bukit yang diketemukan di
Bukit Siguntang sebelah barat Kota Palembang, yang menyatakan pembentukan
sebuah wanua yang ditafsirkan sebagai kota yang merupakan ibukota Kerajaan
Sriwijaya pada tanggal 16 Juni 682 Masehi[2]. Maka tanggal tersebut dijadikan patokan hari lahir Kota
Palembang.
1. Bahasa
Penduduk Palembang merupakan etnis Melayu, dan menggunakan Bahasa Melayu yang telah disesuaikan dengan dialek setempat yang kini
dikenal sebagai Bahasa Palembang. Namun para pendatang seringkali menggunakan
bahasa daerahnya sebagai bahasa sehari-hari, seperti bahasa Komering, Rawas,
dan Lahat. Pendatang dari luar Sumatera Selatan terkadang juga menggunakan
bahasa daerahnya sebagai bahasa sehari-hari dalam keluarga atau komunitas
kedaerahan. Namun untuk berkomunikasi dengan warga Palembang lain, penduduk
umumnya menggunakan bahasa Palembang sebagai bahasa pengantar sehari-hari.
2. Penduduk
Selain penduduk asli, di Palembang
terdapat pula warga pendatang dan warga keturunan, seperti dari Jawa, Minangkabau, Madura, Bugis, dan Banjar. Warga keturunan yang banyak tinggal di Palembang adalah Tionghoa, Arab dan India. Kota Palembang memiliki beberapa wilayah
yang menjadi ciri khas dari suatu komunitas seperti Kampung Kapitan yang
merupakan wilayah Komunitas Tionghoa dan Kampung Al Munawwar yang merupakan
wilayah Komunitas Arab. Agama mayoritas di Palembang adalah Islam. Selain itu
terdapat pula penganut Katholik, Protestan, Hindu, Buddha, dan Konghucu.
3. Seni dan Budaya
Festival perahu hias dan lomba bidar di Sungai Musi
Sejarah tua Palembang serta masuknya
para pendatang dari wilayah lain, telah menjadikan kota ini sebagai kota
multi-budaya. Sempat kehilangan fungsi sebagai pelabuhan besar, penduduk kota
ini lalu mengadopsi budaya Melayu pesisir, kemudian Jawa. Sampai sekarang pun
hal ini bisa dilihat dalam budayanya. Salah satunya adalah bahasa. Kata-kata
seperti "lawang (pintu)", "gedang (pisang)", adalah salah
satu contohnya. Gelar kebangsawanan pun bernuansa Jawa, seperti Raden Mas/Ayu.
Makam-makam peninggalan masa Islam pun tidak berbeda bentuk dan coraknya dengan
makam-makam Islam di Jawa.
Kesenian yang terdapat di Palembang
antara lain:
- Kesenian
Dul Muluk (pentas drama tradisional khas Palembang)
- Tari-tarian
seperti Gending Sriwijaya yang diadakan sebagai penyambutan kepada
tamu-tamu, dan tari Tanggai yang diperagakan dalam resepsi pernikahan
- Lagu
Daerah seperti Dek Sangke, Cuk Mak Ilang, Dirut, dan Ribang Kemambang
- Rumah
Adat Palembang adalah Rumah Limas dan Rumah Rakit
Kota Palembang juga selalu
mengadakan berbagai festival setiap tahunnya antara lain "Festival
Sriwijaya" setiap bulan Juni dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota
Palembang, Festival Bidar dan Perahu Hias merayakan Hari Kemerdekaan, serta
berbagai festival memperingati Tahun Baru Hijriah, Bulan Ramadhan, dan Tahun
Baru Masehi.
4. Makanan Khas
Pempek merupakan makanan khas Palembang yang telah terkenal
seantero nusantara
Pindang ikan patin khas Palembang, rasanya pedas, asam, dan
gurih
- Pempek
- Tekwan
- Model
- Laksan
- Celimpungan
- Mie
Celor
- Burgo
- Pindang
Patin
- Pindang
Tulang
- Malbi
- Tempoyak
- Otak
- otak
- Kemplang
- Kerupuk
- Kue
Maksubah
- Kue
Delapan Jam
- Kue
Srikayo
G. TRADISI DAN KEARIFAN LOKAL RIAU
Riau
adalah sebuah provinsi di Indonesia. Provinsi ini terletak di Pulau Sumatra dan beribukotakan Pekanbaru. Provinsi Riau di sebelah utara
berbatasan dengan Kepulauan Riau
dan Selat Melaka; di sebelah selatan dengan Provinsi Jambi
dan Selat
Berhala; di sebelah timur berbatasan dengan Laut Cina Selatan (Provinsi Kepulauan Riau), dan di sebelah barat berbatasan
dengan Provinsi Sumatera Barat
dan Provinsi Sumatera Utara.
1. Suku Bangsa di Riau
Penduduk
Provinsi Riau terdiri dari penduduk asli dan para pendatang yang bermacam-macam
suku bangsanya. Mereka bermukim di wilayah perkotaan dan di pedesaan di seluruh
pelosok Provinsi Riau. Adapun suku-suku yang terdapat di Provinsi Riau adalah
sebagai berikut :[1]
- Melayu. Suku Melayu merupakan
penduduk asli Provinsi Riau dan merupakan suku mayoritas di provinsi ini.
Terdapat di seluruh daerah Riau.
- Jawa. Pada umumnya ada di daerah
Riau, terutama daerah transmigrasi dan daerah perkotaan. Penduduk Suku
Jawa ada yang bekerja sebagai petani, pegawai negeri, anggota TNI, buruh
dan sebagainya.
- Minangkabau. Penduduk Suku Minangkabau
pada umumnya tinggal di Pekanbaru, Kampar, Kuantan Singingi, Rokan Hulu dan wilayah lainnya. Pada
umumnya mereka hidup sebagai pedagang, namun banyak juga yang menjadi
pegawai negeri, anggota TNI, dll. Suku Minangkabau merupakan suku yang suka merantau.
- Tionghoa. Penduduk etnis Tionghoa pada umumnya tinggal di
daerah pesisir Provinsi Riau seperti di Bagansiapiapi, Selatpanjang, Pulau Rupat dan Bengkalis. Namun sekarang ini banyak
juga yang tinggal di daerah perkotaan seperti Pekanbaru dan Dumai.
- Batak.
Masyarakat
dari Suku Batak kebanyakan tinggal di daerah perkotaan. Banyak diantara
mereka yang bekerja sebagai PNS, TNI, pedagang, dll
- Bugis. Banyak terdapat di
Indragiri Hilir, seperti di Tembilahan, Enok, Tempuling Gaung anak
Serka dan Reteh.
- dan
lain-lain
Suku bangsa di Riau lainnya
seperti Sunda, Banjar,
Flores, suku - suku di pedalaman daerah Riau
seperti Suku Akit, Suku Talang Mamak, Suku Laut, dan lainnya
2. Bahasa
Bahasa
pengantar masyarakat Provinsi Riau
pada umumnya menggunakan Bahasa Melayu
dan Bahasa Indonesia
tentunya. Disamping itu penggunaan Bahasa Minang juga banyak digunakan oleh penduduk
Provinsi Riau serta bahasa daerah lainnya. Bahasa Melayu sudah menjadi bahasa
internasional Lingua franca
di kepulauan Nusantara, atau sekurang-kurangnya sebagai bahasa perdagangan di
Kepulauan Nusantara. Bahasa Melayu, semenjak pusat kerajaan berada di Malaka
kemudian pindah ke Johor, akhirnya pindah ke Riau mendapat predikat
pula sesuai dengan nama pusat kerajaan Melayu itu. Karena itu bahasa Melayu
zaman Melaka terkenal dengan Melayu Melaka, bahasa Melayu zaman Johor terkenal
dengan Melayu Johor dan bahasa Melayu zaman Riau terkenal dengan bahasa
Melayu Riau.
Pada zaman
dahulu ada beberapa alasan yang menyebabkan Bahasa Melayu menjadi bahasa resmi digunakan,
yaitu:
- Bahasa
Melayu Riau secara historis berasal dari perkembangan Bahasa Melayu
semenjak berabad-abad yang lalu. Bahasa Melayu sudah tersebar keseluruh
Nusantara, sehingga sudah dipahami oleh masyarakat, bahasa ini sudah lama
menjadi bahasa antar suku di Nusantara,
- Bahasa
Melayu Riau sudah dibina sedemikian rupa oleh Raja Ali
Haji dan
kawan-kawannya, sehingga bahasa ini sudah menjadi standar, dan
- Bahasa
Melayu Riau sudah banyak publikasi, berupa buku-buku sastra, buku-buku
sejarah dan agama baik dari zaman Melayu klasik maupun dari yang baru.
3. Agama
Dilihat dari komposisi penduduk
Provinsi Riau yang penuh kemajemukan dengan latar belakang sosial budaya,
bahasa dan agama yang berbeda, pada dasarnya merupakan aset bagi daerah Riau
sendiri. Oleh karena itu kemajemukan tersebut harus dianggap bukanlah sebagai
jurang pemisah antar penduduk namun sebagai pendorong bagi terciptanya
persatuan dan kesatuan Indonesia. Agama
- agama yang dianut penduduk Provinsi Riau sangat beragam. Yaitu Islam,
Kristen Protestan,
Kristen Katolik, Hindu,
Buddha, Konghucu, dsb.
4. Seni dan
Budaya
Musik
Tarian
- Tarian Gamelan
- Serampang
Dua Belas
- Joged Lambak
- Zapin
- Zapin
Laksmana Raja di Laut
- Zapin
Laksmana Hang Tuah
H. TRADISI DAN KEARIFAN LOKAL JAMBI
adalah
sebuah provinsi Indonesia
yang terletak di pesisir timur di bagian tengah Pulau Sumatra.
Jambi juga merupakan nama sebuah kota di provinsi ini, yang merupakan kota
ibukota provinsi. Jambi adalah satu dari tiga provinsi di Indonesia yang
ibukota-nya bernama sama dengan nama provinsinya, selain Bengkulu
dan Gorontalo.
Jambi merupakan tempat berasalnya Bangsa Melayu
yaitu dari Kerajaan
Malayu di Batang Hari Jambi. Bahasa Melayu Jambi sama seperti Melayu Palembang
dan Melayu
Bengkulu, yaitu berdialek "o".
suku bangsa
Masyarakat
Jambi merupakan masyarakat heterogen yang terdiri dari masyarakat asli Jambi,
sebagian merupakan pendatang yang berasal dari Minangkabau, Batak, Jawa, Sunda,
Cina dan India. Sebagian besar masyarakat Jambi memeluk agama Islam sebesar
90%, sedangkan sisanya merupakan pemeluk agama Kristen, Hindu dan Budha.
H. TRADISI DAN KEARIFAN LOKAL LAMPUNG
Provinsi
Lampung memiliki luas 35.376,50 km² dan terletak di antara 105°45'-103°48' BT
dan 3°45'-6°45' LS. Daerah ini di sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda
dan di sebelah timur dengan Laut Jawa.
Beberapa pulau termasuk dalam wilayah Provinsi Lampung, yang sebagian besar
terletak di Teluk Lampung, di antaranya: Pulau Darot, Pulau Legundi, Pulau
Tegal, Pulau Sebuku, Pulau Ketagian, Pulau Sebesi, Pulau Poahawang, Pulau
Krakatau, Pulau Putus, dan Pulau Tabuan. Ada juga Pulau Tampang dan Pulau
Pisang di yang masuk ke wilayah Kabupaten Lampung Barat.
1. Bahasa
Masyarakat
Lampung yang plural menggunakan berbagai bahasa, antara lain bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Bali, bahasa Minang,
dan bahasa setempat yang disebut bahasaLampung
2. Seni
dan budaya
·
Sastra
Lampung
menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan sastra, baik sastra (berbahasa) Indonesia
maupun sastra (berbahasa) Lampung. Kehidupan sastra (Indonesia) di Lampung
dapat dikatakan sangat ingar-bingar meskipun usia dunia kesusastraan Lampung
relatif masih muda. Penyair Iwan Nurdaya-Djafar yang baru kembali ke Lampung
setelah selesai kuliah di Bandung
sekitar 1980-an mengaku kepenyairan di Lampung masih sepi. Dia baru menjumpai Isbedy Stiawan ZS, A.M. Zulqornain, Sugandhi Putra, Djuhardi Basri, Naim Emel Prahana, dan beberapa nama
lainnya.
Barulah
memasuki 1990-an kemudian Lampung mulai semarak dengan penyair-penyair seperti Iswadi Pratama, Budi P. Hatees, Panji Utama, Udo Z. Karzi, Ahmad Yulden Erwin, Christian Heru Cahyo, dan lain-lain. Menyusul
kemudian Ari Pahala Hutabarat, Budi Elpiji, Rifian A. Chepy, Dahta Gautama
dkk. Kini ada Dina
Oktaviani, Alex R. Nainggolan, Jimmy Maruli Alfian, Y. Wibowo, Inggit Putria Marga, Nersalya Renata, dan Lupita Lukman. Selain itu ada cerpenis Dyah Merta
dan M. Arman AZ.. Leksikon Seniman Lampung
(2005) menyebutkan tidak kurang dari 36 penyair/sastrawan Lampung yang
meramaikan lembar-lembar sastra koran, jurnal, dan majalah seantero negeri.
·
Teater
Perkembangan
teater di Lampung banyak dilatarbelakangi dari keinginan para pelajar dan
mahasiswa yang tergabung dalam kelompok seni untuk mendalami seni peran dan
pertunjukkan. Beberapa kelompok teater kampus dan pelajar yang masih tercatat
aktif sampai saat ini adalah teater Kurusetra (UKMBS Unila), KSS (FKIP Unila),
Green Teater (Umitra), Teater Biru (Darmajaya), Teater Kapuk (STAIN Metro),
Teater Sudirman 41 (SMUN 1 Bdl), Teater Gemma (SMUN 2 Bdl), Teater Palapa (SMUN
3 Bdl), Teater Madani(SMUN 5 Bdl), Teater Handayani (SMUN 7 Bdl),Kolastra (SMUN
9 Bdl), Teater sebelas (SMUN 11 Bdl), Teater Pelopor (SMU Perintis 1 Bdl),
Insyaallah Teater (SMU Perintis 2 Bdl), Teater Cupido (SMUN 1 Sumberjaya).
Sedangkan
beberapa teater yang digerakkan seniman-seniman Lampung yaitu Teater Satu,
Komunitas Berkat Yakin (Kober), Teater Kuman, Teater Sendiri. Penggerak teater
di Lampung yang masih eksis mengembangkan seni pertunjukkan teater melalui
karya-karyanya antara lain Iswadi Pratama, Ari Pahala Hutabarat, Robi akbar, M.
Yunus, Edi Samudra Kertagama, Ahmad Jusmar, Imas Sobariah, Ahmad Zilalin,
Darmawan. Lampung tidak hanya dikenal banyak melahirkan sastrawan-sastrawan
baru namun aktor-aktor potensial pun juga tidak sedikit yang muncul seperti,
Rendie Dadang Yusliadi, Robi Akbar, Eyie, Iin Mutmainah, M Yunus, Dedi Nio,
Liza Mutiara Afriani, Iskandar GB, Ruth Marini.
Dalam
tiap tahunnya even-even teater seperti pertunjukkan, lomba, workshop dan
diskusi kerap digelar di Provinsi ini serta tempat tempat yang sering digunakan
adalah Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Lampung, Auditorium RRI, GSG UNILA,
Academic Centre STAIN Metro, Gedung PKM Unila, Aula FKIP Unila, Pasar Seni
Enggal. Adapun even tahunan teater yang terbesar di Lampung adalah Liga Teater
SLTA se-Provinsi Lampung sebagai ajang apresiasi para aktor Pelajar LAmpung
yang kualitasnya tidak kalah dengan pelajar di luar Lampung.
·
Musik
Sebagaimana
sebuah daerah, Lampung memiliki beraneka ragam jenis musik, mulai dari
jenis tradisional hingga modern (musik modern yang mengadopsi kebudayaan musik global.red). Adapun
jenis musik yang masih bertahan hingga sekarang adalah: Klasik Lampung, jenis
musik ini biasanya diiringi oleh alat musik gambus dan gitar akustik. Mungkin
jenis musik ini merupakan perpaduan budaya Islam dan budaya asli itu sendiri.
Beberapa kegiatan festival diadakan dengan tujuan untuk mengembangkan budaya
musik tradisional tanpa harus khawatir akan kehilangan jati diri. Festival Krakatau
contohnya, adalah sebuah Festival yang diadakan oleh Pemda Lampung yang
bertujuan untuk mengenalkan Lampung kepada dunia luar dan sekaligus menjadi
ajang promosi pariwisata.
·
Tari
Ada
berbagai jenis tarian yang merupakan aset budaya Provinsi Lampung. Salah satu
jenis tarian yang terkenal adalah Tari Sembah. Ritual tari sembah
biasanya diadakan oleh masyarakat lampung untuk menyambut dan memberikan
penghormatan kepada para tamu atau undangan yang datang, mungkin bolehlah dikatakan
sebagai sebuah tarian penyambutan. Selain sebagai ritual penyambutan, tari
sembah pun kerap kali dilaksanakan dalam upacara adat pernikahan masyarakan
Lampung.
J. TRADISI DAN KEARIFAN
LOCAL SUMATERA UTARA
Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar keempat di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya dan Bandung. Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan
juga sebagai pintu gerbang bagi para wisatawan untuk menuju objek wisata Brastagi di daerah dataran tinggi Karo, objek
wisata Orangutan di Bukit Lawang, Danau Toba, serta Pantai Cermin, yang dilengkapi dengan Waterboom Theme
Park.
1. Suku Bangsa
Mayoritas
penduduk kota Medan sekarang ialah Suku Jawa
dan suku-suku dari Tapanuli (Batak, Mandailing, Karo). Di Medan banyak pula orang keturunan India
dan Tionghoa.
Medan salah satu kota di Indonesia yang memiliki populasi orang Tionghoa cukup
banyak.
Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari
jumlah masjid, gereja dan vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh kota.
Daerah di sekitar Jl. Zainul Arifin dikenal sebagai Kampung Keling, yang merupakan daerah pemukiman orang keturunan India. Secara
historis, pada tahun 1918
tercatat bahwa Medan dihuni 43.826 jiwa. Dari jumlah tersebut, 409 orang
berketurunan Eropa, 35.009 berketurunan Indonesia, 8.269
berketurunan Tionghoa, dan 139 lainnya berasal dari ras Timur lainnya.
Perbandingan
Etnis di Kota Medan pada Tahun 1930, 1980, 2000
|
|||
Etnis
|
Tahun
1930
|
Tahun
1980
|
Tahun
2000
|
24,9%
|
29,41%
|
33,03%
|
|
10,7%
|
14,11%
|
-- (lihat Catatan)
|
|
35,63%
|
12,8%
|
10,65%
|
|
6,43%
|
11,91%
|
9,36%
|
|
7,3%
|
10,93%
|
8,6%
|
|
7,06%
|
8,57%
|
6,59%
|
|
0,19%
|
3,99%
|
4,10%
|
|
--
|
2,19%
|
2,78%
|
|
1,58%
|
1,90%
|
--
|
|
Lain-lain
|
16,62%
|
4,13%
|
3,95%
|
Sumber:
1930 dan 1980: Usman Pelly, 1983; 2000: BPS Sumut[1]
Catatan: Data BPS Sumut tidak menyenaraikan "Batak" sebagai salah satu suku bangsa, namun total Simalungun (0,69%), Tapanuli/Toba (19,21%), Pakpak, (0,34%), dan Nias (0,69%) adalah 20,93% |
2. Pola kehidupan
·
Pekerjaan
Sebagai kota terbesar di
Sumatra dan Selat Malaka, penduduk Medan banyak yang berprofesi di bidang perdagangan.
Biasanya pengusaha Medan banyak yang menjadi pedagang komoditas perkebunan.
Setelah kemerdekaan, sektor perdagangan secara konsisten didominasi oleh etnis
Tionghoa dan Minangkabau. Bidang pemerintahan dan politik, dikuasai oleh
orang-orang Mandailing. Dari tiga belas walikota Medan, tujuh berasal dari
etnis Mandailing. Sedangkan profesi yang memerlukan keahlian dan pendidikan
tinggi, seperti pengacara, dokter, notaris, dan wartawan, mayoritas digeluti
oleh orang Minangkabau
·
Pola pemukiman
Perluasan kota
Medan telah mendorong perubahan pola pemukiman kelompok-kelompok etnis. Etnis
Melayu yang merupakan penduduk asli kota, banyak yang tinggal di pinggiran
kota. Etnis Tionghoa dan Minangkabau yang sebagian besar hidup di bidang
perdagangan, 75% dari mereka tinggal di sekitar pusat-pusat perbelanjaan.
Pemukiman orang Tionghoa dan Minangkabau sejalan dengan arah pemekaran dan
perluasan fasilitas pusat perbelanjaan. Orang Mandailing juga memilih tinggal
di pinggiran kota yang lebih nyaman, oleh karena itu terdapat kecenderungan di
kalangan masyarakat Mandailing untuk menjual rumah dan tanah mereka di tengah
kota, seperti di Kampung Mesjid, Kota Maksum, dan